Kamis, 22 Maret 2012

PESONA ACEH BARAT DAYA



Aceh Barat Daya adalah salah satu kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam yang lahir dari hasil pemekaran kabupaten-kabupaten pada tahun 2002. Kabupaten ini secara geografis terletak di antara 3°.05’ – 3°.80’ Lintang Utara dan 96°.23’.03’ Bujur Timur pada bentangan Utara khatulistiwa.Kabupaten ini diapit oleh pegunungan Bukit Barisan di sebelah Timur dan Samudra Indonesia di bagian Baratnya. Di sisi Utara berbatasan dengan Kabupaten Nagan Raya dan di sisi Selatan dengan kabupaten induk Aceh Selatan. Selain itu juga sangat kaya warisan sejarah lokal dan nilai budaya karena komunitasnya yang spesifik karena keragaman. Mayoritas penduduk di sana adalah para pendatang yang sama-sama datang dari Aceh Besar dan etnis Pidie. Selain itu pendatang dari etnis Aneuk Jamee dari Sumatra Barat, Persia dan Cina. Mereka berafiliasi sehingga melahirkan budaya multietnis antara etnis-etnis itu dalam tradisi ”dagang” dan ”tani.
Akses ke kabupaten ini dapat dilalui melewati jalur (rute) darat, laut dan udara. Jalur darat dapat dilakukan baik dari jalur Timur (Medan-Subulusaalam-Tapaktuan-Blangpidie) atau dari jalur Utara melewati Banda Aceh-Bereuneun- Tangse-Tutut-Meulaboh-Blangpidie (Jalur Atas). Selain itu melalui jalur Barat melewati Banda Aceh-Calang-Meulaboh-Blangpidie (jalur Bawah). Untuk jalur dari Aceh Tengah dapat dilalui Takengon-Angkop-Beutong-Nagan Raya (simpang Peut)-Blangpidie. Jalur tenggara dapat dilalui dari Blangkejeren-Terangon-Babah Rot-Blangpidie.
Sedangkan melalui jalur laut, perjalanan dengan kapal laut dapat ditempuh dari dan ke Pelabuhan Labuhan Haji (Aceh Selatan) atau Pelabuhan bongkar muat barang Ujong Serangga di Teluk Susoh sampai ke Padang Sumatra Barat. Melalui kapal udara rute dilayani oleh Susi Air dari Bandara Polonia (Medan) ke Bandara Kuala Batu. Untuk rute dari Banda Aceh Bandara Sultan Iskandar Muda-Bandara Cut Nyak Dhien (Nagan Raya), dan landing di Bandara Kuala Batu Blangpidie (Aceh Barat Daya) dulu mengunakan pesawat SMAC (Sabang Meurauke Air Charter).

Pesona Sejarah dan Budaya

Aura keindahan, kekhasan wilayah dan keramahan penduduk di kabupaten ini sungguh terasa saat kita menjajakkan kaki di runway Kuala Batu kalau kita memakai jasa penerbangan perintis atau dengan perjalanan darat rute Medan ke Blangpidie atau Banda Aceh ke Blangpidie dengan armada L-300 Colt atau dengan mobil pribadi. Di kota “store” ini, ”wisatawan” disuguhi dengan perjalanan becak dayung ataupun mesin yang menggunakan motor. Keramahan pelayanan dan kemudahan akses dengan menggunakan becak motor ke hotel-hotel penginapan yang sangat murah namun dengan pelayanan super cepat dan super ramah. Hal ini yang diakui penikmat keindahan dengan nilai kepuasan saat kembali dari kota ini.
Kabupaten ini memiliki kekayaan dengan potensi wisata, baik sejarah, ziarah maupun budaya karena di sana terdapat beberapa situs dan makam seperti Makam Teungku Peukan dan Shewbuntar juga situs Lama Muda. Juga memiliki kekayaan kebudayaan berupa berbagai jenis tarian seperti Rapai Geleng yang berasal dari Manggeng dan tarian Meuseukat . Selain itu juga agenda kearifan lokal yang berhubungan dengan pranata hidup masyarakat di sana.
Letak wilayah yang berada di pesisir Samudera Hindia/Indonesia ternyata menyimpan beragam kekayaan wisata seperti pantai dengan pasir putih dan dipenuhi cemara seperti pantai Bali, Pantai Jilbab, Pantai Cemara Indah. perairan lautnya yang semua masih berada di sekitar garis imajiner khatulistiwa. Akibatnya adalah terjadi pergantian arus musson Timur dan Barat sehingga adanya bergantian kemarau dan penghujan. Hujan di sekitar pesisir Barat dan Selatan mengakibatkan pertumbuhan plankton yang subur dan kandungan oksigen yang melimpah mengakibatkan kekayaan terutama biota laut seperti berbagai jenis ikan dan taman-taman laut yang indah di sekitar teluk Kuala Batu dan Lama Muda.
Di samping itu juga terdapat pulau-pulau kecil yang sangat indah di antaranya pulau Gosong, delta Krueng Beukah Pulo Kayee, delta Kreung Babahrot ataupun Krueng Semayam di Kuala Batu yang terdapat ekosistem hutan bakau (mangrove) yang luas dan indah di delta Lama Muda dan Lama Tuha yang sangat indah menyerupai danau-danau besar bening dan air tenang dengan pulau-pulau bakau indah juga kaya wisata air.
Di atas dahan-dahan cemara dan bakau dipenuhi dengan berbagai jenis burung dan di dalam air danaunya terdapat berbagai jenis kerang, seperti tiram dan karang kitang (sejenis siput air tawar bercampur asin atau rawa) yang bisa langsung diambil wisatawan yang datang ke sana untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh alam yang sangat enak.
Kawasan ini sungguh eksotis dan dipenuhi dengan ikan-ikan segar yang baru dipancing atau dijala di laut dan langsung bisa dibakar di tempat itu juga karena di sekitar terdapat hutan bakau dan cemara yang menyediakan ranting-ranting kering yang bertebaran jatuh di bawah pohonnya.
Jika sudah jenuh menjejakkan kaki dan aroma pantai, anda dapat meninggalkan suasana pantai menuju bagian Utara atau Tenggara kabupaten ini, anda akan disuguhi wilayah pegunungan Bukit Barisan yang sejuk dan sangat panjang luas membentang. Kehijauannya ekosistem Leuser yang sangat luas dan mahakaya habitat biota, baik flora dan fauna yang sangat beragam di dunia.
Dari hulu Leuser yang rimbun, mengalirkan air ke sungai-sungai besar dengan air yang sangat bening dengan arus tenang sampai dengan riam-riam berbatuan besar dan air berarus tajam. Sungai-sungai ini juga kaya akan pertumbuhan “ikan jurong” atau ”engkout kereuling” dan ikan-ikan air tawar yang beragam lainnya. Di pinggiran sungai terdapat hamparan permadani alam dari persawahan penduduk desa yang sangat indah.
Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan salah satu pusat bisnis yang potensial apalagi pasca tsunami tahun 2004. Kabupaten baru berusia lima tahunan ini hampir dapat menyamai rival sesama kota bisnis di bagian Barat-Selatan Nanggroe Aceh Darussalam yaitu kota Meulaboh. Daya tarik bisnis di Aceh Barat Daya yang beribukota di kota Blangpidie ini didukung sistem agraris berupa plantation masyarakatnya sawit dan coklat, pala dan kacang tanah serta palawija lainnya.
Di samping itu, sektor perikanannya juga menyumbang devisa yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat di sana. Kestabilan dalam perekonomian, menciptakan suasana masyarakat aman, tentram dan damai dalam harmonisasi dari etnis-etnis yang mendiaminya.
Sumber: Artikel ini disalin dari blognya: Boelach Goehang  [http://anisabulah.blogspot.com/]. Boelach Goehang adalah Penulis & Peneliti di Balai Pelestarian Sejarah & Nilai Tradisional Banda Aceh, Wil. Kerja Prov. Aceh-Sumut. Disalin ulang semata-mata untuk tujuan mensosialisasikan, mengenalkan sejarah, budaya Aceh di mata dunia.

1 komentar:

  1. Salam kenal dan salam persaudaraan. Numpang lewat ya gan, apa kabarnya? Makasih artikelnya bagus, tapi maaf lain kali kasih gambar-gambar ya, biar lebih menarik untuk dibaca. Kalau ada waktu, silahkan berkunjung ke: OBYEKTIF.COM saya tunggu ya, trims.

    Salam kompak:
    Obyektif Cyber Magazine
    (obyektif.com)

    BalasHapus